BAB I
PENDAHULUAN
Penggolongan kata menyederhanakan pemerian
struktur bahasa dan merupakan tahapan yang tidak boleh dilalui dalam penyusunan
tata bahasa suatu bahasa. Setiap pembicaraan mengenai tata bahasa tentu
melibatkan pembicaraan tentang penggolongan kata. Tanpa penggolongan kata,
struktur frase, klausa, dan kalimat tidak mungkin dapat dijelaskan. Oleh karena
itu, pembicaraan tentang penggolongan kata akan sangat bermanfaat dan akan
merupakan sumbangan penting bagi tata bahasa dan juga bagi pengajaran bahasa
Indonesia.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus
mengenai penggolongan kata menurut Ramlan. Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa
penggolongan kata yang dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya
pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata
bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2)
kata nominal; (3) kata keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata
penyukat; (7) kata sandang; (8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata
penghubung; (11) kata depan; dan (12) kata seruan.
PENGGOLONGAN KATA OLEH M. RAMLAN
Penggolongan kata oleh Ramlan
Bahasa dari dua lapisan : form (bentuk) dan
meaning (arti)
Lapisan itu terdiri dari dua tataran yaitu
tataran bunyi bahasa dan tataran morfem, kata, frase, klausa, kalimat, serta
wacana, termasuk bidang tatabahasa atau gramatika. Sedangkan tataran arti
termasuk bidang semantic.
Dasar penggolongan kata yang digunakan disini
adalah yang berupa struktur gramatik. Dari penelitian yang dilakukan dalam
tahun 1982 dan 1983, berdasarkan struktur sintaktik, diperoleh 12 penggolongan
kata, yaitu :
1. Kata Verbal
2. Kata Nominal
3. Kata Keterangan
4. Kata Tambahan
5. Kata Bilangan
6. Kata Penyukat
7. Kata Sandang
8. Kata Tanya
9. Kata Suruh
10. Kata Penghubung
11. Kata Depan
12. Kata Seruan
1. Kata
Verbal
Kata verbal mempunyai ciri-ciri :
1. Klausa cenderung menduduki fungsi P
Contoh :
Krisna kurus
Bayu tidur
2. Frasa dapat dinegatifkan kata tidak
Contoh : Krisna
tidak kurus
Bayu tidak tidur
Kata
verbal digolongkan menjadi 2 yaitu : kata kerja dan kata sifat
·
Kata
Kerja
o Kata verbal yang dapat diikuti frase …dengan sangat.. sebagai
keterangan cara.
Contoh :
membaca
dengan sangat tenang
tidur dengan sangat nyenyak
o Kata kerja yang diikuti O
§ Transitif
:Kata kerja yang diikuti O
dan dapat dipasifkan.
Transitif
ada yang hanya menggunakan satu O dan ada yang menggunakan dua obyek (dwi transitif)
Contoh yang
menggunakan satu O :
membaca
– dibaca
mempertajam
– dipertajam
Contoh yang
menggunakan dua O :
Pak
Agus membelikan anaknya baju baru
§ Intrasitif :
kata kerja yang diikuti O dan tidak dapat dipasifkan
Contoh yang
diikuti O:
Anak
itu bermain piano.
Ia menangis semalaman.
Nelayan
itu melaut di malam hari.
Contoh yang
berdasarkan kemungkinannya diikuti PEL :
a. Intransitif yang dapat diikuti PEL :
Banyak
mahasiswa merasa bosan kuliah hari
ini.
b. Kata kerja intrasnsitif yang tidak diikuti
PEL:
Bu Retno
datang dari Surabaya.
Fajar
berbicara dengan tetangga dikamar sebelah.
2. Kata
nominal
Kata dalam tataran frase yang tidak dapat
dinegatifkan dengan kata tidak
melainkan kata bukan, dapat diikuti
kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya.
Contoh :
Misalnya
kata buku, pada tataran klausa kata ini dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
Buku sangan berguna. Buku
menduduki fungsi S
Itu buku.
Buku
menduduki fungsi P
Ia membawa buku. Buku menduduki fungsi O
Jadi dapat disimpulkan bukan buku, buku itu,
pada buku, di buku.
Kata-kata lain yang termasuk kata nominal :
perkembangan, proses, manusia, itu, ini.
Kata nominal digolongkan menjadi 2 yaitu :
kata benda dan kata ganti. Kata benda ialah kata nominal yang tidak
menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata nominal yang
menggantikan kata lain.
Contoh :
Pada
hari itu Dani berangkat ke Kalimantan. Ia
akan menetap disana.
Ia menggantikan kata Dani.
Disana menggantikan kata Kalimantan.
Kata ganti dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu:
·
Kata
ganti diri : kata ganti yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tak
bernyawa. Kata ganti diri dapat digolongkan menjadi 3 golongan lagi :
a. Kata ganti diri pertama : aku, saya, kami
b. Kata ganti diri kedua : engkau, kamu, anda,
kamu sekalian, kalian, tuan, tuan-tuan, saudara
c. Kata ganti diri ketiga : ia, dia, mereka,
beliau
·
Kata
ganti penunjuk : kata ganti yang dapat menggantikan nama, keadaan, suatu
peristiwa/perbuatan. Yaitu kata itu dan ini.
·
Kata
ganti tempat : kata ganti yang menggantikan nama tempat. Yaitu kata sana, situ
dan sini.
3. Kata
Keterangan
Kata keterangan ialah kata yang dalam suatu
klausa cenderung menduduki fungsi keterangan (KET) dan umumnya mempunyai tempat
yang bebas, mungkin terletak di depan sekali, mungkin di antara S dan P dan
mungkin terletak di belakang S dan P.
Contoh :
Kemarin
Suster pergi ke Bandung.
Suster
kemarin pergi ke Bandung.
Suster
pergi ke Bandung kemarin.
Kata
keterangan dapat dibedakan lagi menjadi :
(1)
menyatakan waktu, misalnya: kemarin, tadi, nanti, kelak
(2)
menyatakan ragam yaitu sikap pembicara terhadap suatu tindakan atau suatu
peristiwa, misalnya: rupanya, kiranya, seharusnya, seyogyanya
(3) menyatakan kualitas, misalnya: secepat-cepatnya,
sejauh-jauhnya.
.
Kata Tambah
Kata
tambah adalah sejumlah kata yang cenderung hanya menduduki fungsi atribut dalam
frase yang termasuk tipe konstruksi endosentrik yang atributif, yang UPnya
berupa kata verbal misalnya : belum, tentu, akan, sedang, tengah, kerap kali,
selalu, mampu, dapat, terlalu, paling, dsb. Kata tambah yang menyatakan :
a. Ragam : tidak, bukan
b. Aspek : masih, sudah, telah, lagi
c. Keseringan : kerap kali, sering, selalu
d. Keinginan : ingin, hendak
e. Keharusan : harus, wajib
f.
Kesanggupan
: dapat, bisa, sanggup, mampu, bersedia
g. Keizinan : boleh
h. Tingkat : kurang, amat, sangat, terlalu,
paling
5. Kata
Bilangan
Kata bilangan ialah sejumlah kata yang dapat
diikuti kata-kata orang, ekor, buah, helai, kodi, meter, dll dalam sebuah
frasa. Kata bilangan dibagi atas 2 yaitu : menyatakan jumlah dan menyatakan
urutan.
Contoh menyatakan jumlah :
Dua
orang…..
Empat
ekor……
Tujuh
belas buah…
Dua
puluh lima helai….
Enam
kodi….
Tujuh meter….
Contoh
yang menyatakan urutan :
Orang
kedua
Ayam
ketiga
Rumah
ketujuhbelas
Baris
keduabelas
6. Kata Penyukat
Kata penyukat ialah kata yang terletak
dibelakang kata bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase yang disebut
frase bilangan, yang mungkin terletak dimuka kata nomina.
Contoh
: orang, ekor, buah, kodi, dll
Dua
orang petani
Dua
belas buah rumah
Tiga
puluh biji telur
Kata orang : digunakan untuk menunjuk
malaikat, manusia.
Contoh :
Lima orang malaikat.
Beberapa
orang pengusaha.
Kata ekor : digunakan untuk menunjuk satua
hewan.
Contoh :
Lima
puluh ekor sapi.
Seratus
ekor domba.
Seribu
ekor semut.
Kata helai : digunakan untuyk menunjuk
kata-kata yang berbentuk tipis dan lebar.
Contoh:
Tujuh
helai kain batik.
Beberapa
helai daun.
Lima
helai sapu tangan.
Kata batang : digunakan untuk kata-kata yang
menunjuk satuan benda yang berbentuk panjang dan pada umumnya bulat.
Contoh :
Sebelas
batang pensil.
Dua
puluh batang bambu.
Kata biji : digunakan untuk kata-kata yang
menunjuk satuan buah-buahan
Contoh :
Sebiji
salak
Lima
biji kelapa
Kata butir : digunakan untuk kata-kata yang
menunjuk ssatuan benda yang berbentuk kecil dan lebih kurang bulat.
Contoh :
Dua
butir telur ayam
Empat
butir kemiri
Kata buah : digunakan untuk kata-kata yang
menunjuk satuan benda pada umumnya, baik benda konkret maupun abstrak.
Contoh :
Dua
buah rumah
Tiga
buah buku
Sebuah
pendapat
Empat
buah usulan
Kata keeping : kata-kata yang menunjuk satuan
benda yang berbentuk pipih.
Contoh :
Dua
keeping mata uang logam
Lima
keeping atap seng
Kata kuntum : digunakan untuk bunga
Sekuntum
bunga mawar
Kata patah ; digunakan untuk kata
Sepatah
dua patah kata
Kata pucuk : digunakan untuk bedil, tombak,
pistol
Sepucuk
senapan
Lima
pucuk tombak
Kata bilah : digunakan untuk pisau, pedang,
golok, klewang
Sebilah
pedang samurai
Tiga
bilah golok
Kata bidang : digunakan untuk tanah dan sawah
Sebidang
tanah
Dua
bidang sawah
Kata bentuk : digunakan untuk menunjuk
perhiasan
Sebentuk
cincin
Limabentuk
gelang
Ada juga kata penyukat penunjuk :
1. satuan
jumlah seperti : kodi, lusin, rim,
2. Satuan tempat : kranjang, botol,
3. Satuan isi : liter, gallon
4. Satuan berat : kg, kw, ton
5. Satuan panjang, km, m, cm
Contoh :
Dua kodi kain batik.
Tiga
keranjang sampah
Empat liter bensin
Lima kilogram beras
tiga
meter kain sutra
Kata
sandang
Istilah kata sandang digunakan untuk menyebut
sejumlah kata yang jumlahnya terbatas, yang selalu terletak di muka kata
golongan nominal sebagai atributnya, yakni kata-kata si, sang, suatu, semua,
segala, segenap, dan seluruh. Misalnya :
Si
Ahmad
Sang
Kancil
semua
orang
segala
masalah
segenap
penduduk
seluruh
rakyat
kata
tanya
kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya
itu di sini disebut kata tanya, ialah kata-kata mengapa, kenapa, bagaimana,
berapa, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan.
Kata
mengapa dipakai untuk menayakan perbuatan. Misalnya :
anak-anak
itu sedang mengapa ?
kata
tanya mengapa juga digunakan untuk menanyakan sebab. Misalnya :
Mengapa
kepala kantor itu marah ?
Mengapa
anak itu kemarin berjalan kaki saja ?
Untuk
menanyakan sebab, kata mengapa sejajar penggunaannya dengan kata tanya kenapa.
Misalnya :
Kenapa
kepala kantor itu marah ?
Kenapa
anak itu kemarin berjalan kaki saja ?
Kata
Tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan keadaan. Misalnya :
Bagaimana
nasib anak itu ?
Studi
anak saya bagaimana ?
Kata
tanya bagaimana digunakan juga untuk menanyakan cara, ialah cara suatu tindakan
dilakukan atau cara suatu peristiwa terjadi. Misalnya :
Bagaimana
pencuri dapat memanjat dinding setinggi itu ?
Bagaimana
orang itu menjadi kaya ?
Bagaimana
utusan itu dapat sampai di sini sepagi ini ?
Kata
tanya berapa dipakai untuk menanyakan
jumlah. Misalnya :
Ayam
peternak itu berapa ?
Berapa
harga buku itu ?
Kata
tanya berapa dipakai juga untuk menanyakan bilangan. Misalnya :
Nomor
berapa teleponmu ?
Sekarang
jam berapa ?
Kata tanya apa dapat membedakan menjadi dua
macam, yaitu kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang
memerlukan jawaban iya atau tidak, belum atau sudah. Misalnya :
Apa
Ahmad pergi ?
Apa
anak-anak sudah bangun ?
Kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk
kalimat tanya yang memerlukan jawaban menjelaskan. Kata tanya apa digunakan
untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Misalnya :
Petani itu membaca apa ?
Arsitek
itu sedang merencanakan apa ?
Kata
tanya apa juga digunakan untuk menanyakan identitas. Misalnya :
Ia
menyaksikan pertandingan apa ?
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan
perbuatan sejajar dengan pemakaian kata mengapa, apabila kata tambah penunjuk
aspek. Misalnya :
Anak-anak
itu sedang apa ?
Mau
apa dia ?
Kata
tanya siapa dipakai untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan Manusia. Misalnya :
Siapa
nama anak itu ?
Siapa
yang patut disembah ?
Siapa
yang mencabut nyawa manusia ?
Kata tanya mana dipakai untuk menanyakan
tempat. Dimana menanyakan tempat berada, darimana menanyakan tempat asal atau
tempat yang ditinggalkan, dan kemana menanyakan tempat yang dituju. Misalnya :
Pengusaha
bertempat tinggal di mana ?
Dari
mana pelajar itu mendapat buku baru ?
Nenek
pergi kemana ?
Selain digunakan untuk menanyakan tempat, kata
tanya mana juga digunakan untuk menanyakan sesuatu atau seseorang dari suatu
kelompok. Pada umumnya kata tanya mana didahului oleh kata yang, menjadi yang
mana. Misalnya :
Sepedamu
yang mana ?
Buku
yang mana yang kau inginkan ?
Kata mana juga digunakan untuk menanyakan
sesuatu atau seseorang yang pernah dibicarakan sebelumnya. Misalnya A dan B
adalah mahasiswa Fakultas Sastra UGM. Pada suatu hari A bertemu dengan B, dan
terjadi percakapan :
A
: kemarin saya mendapat kiriman buku baru dari temanku di Jakarta.
B : bolehkah saya meminjam sebentar ?
A
:boleh saja, tetapi tidak saya bawa. Besok pagi saya bawakan.
Keesokan
harinya A dan B bertemu lagi di Fakultas. Dengan serta merta B bertanya : mana
bukunya ?
Kata
tanya bagaimana, bila, dan kapan dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya :
Bilamana
karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ?
Bila
Bapak Guru akan pulang ?
Sejak
kapan kapal terbal itu mengalami kerusakan ?
Kata tanya ini digunakan untuk membentuk
kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang mengiyakan atau menidakan ; kata
tanya bukan selalu terletak diakhir kalimat, kata tanya bukankah terletak
diawal kalimat. Misalnya :
Anak-anak itu sudah bangun, bukan ?
Bukankah
anak-anak itu sudah bangun?
- Kata suruh, ialah kalimat yang
mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara. Kalimat
suruh dapat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu 1. Kalimat suruh yang
sebenarnya, 2. Kalimat persilahan, 3. Kalimat ajakan, dan 4. Kalimat
larangan (Ramlan 1983: 37-41)
- Kata-kata suruh dapat berupa
kata-kata tolong, silahkan,
dipersilahkan, mari, ayo, dan jangan.
- Kata tolong digunakan untuk memperhalus suruhan yang dinyatakan
dalam kalimat suruh yang dipredikatnya terdiri dari kata verbal yang
benefaktif, ialah kata verbal yang menyatakan perbuatan yang ditujukan
bukan untuk kepentingan pelakunya; kata silahkan dan dipersilahkan
dipakai untuk membentuk kata persilahan;
kata mari dan ayo dipakai untuk kalimat ajakan,
dan kata jangan dipakai untuk
membentuk kalimat larangan. Contoh :
- Tolong ambilkan minum saya!
- Silahkan beristirahat!
- Dipersilahkan tuan mengambil
sendiri!
- Mari kita berangkat sekarang!
- Ayo kita bermain sepak bola!
- Jangan suka menyakiti orang!
Kata penghubung adalah kata atau kata-kata
yang berfungsi menghubungkan satuan-satusan gramatik menjadi satuan gramatik
yang lebih besar. Berdasarkan hubungan gramatik antar unsur yang dihubungkan,
penghubung dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu penghubung yang setara
dan penghubung yang tidak setara (Ramlan, 1981: 19)
- Penghubunbg setara ialah
penghubung yang menghubungkan satuan gramatik yang memiliki fungsi sama,
baik berupa unsur inti semua, maupun berupa unsur bukan inti semua.
- Contoh : pesawat jet dari luar
negri itu mendarat satu demi satu dan
berhenti berjajar di depan panggung kehormatan.
- Penghubung lain yang termasuk
golongan penghubung setara ialah akan
tetapi, atau, apalagi, bahkan, baik…maupun, baik…ataupun, dan, dan lagi,
hanya, kemudian, lagi, lagi pula, lalu, lantas, malah, malahan, melainkan,
namun, namun demikian, namun begitu, pedahal, sebaliknya, sedang,
sedangkan, serta, tambahan, tambahan pula, tapi, tetapi.
- Penghubung yang tidak setara
ialah penghubung yang menghubungkan satuan gramatik yang tidak setara,
makasudnya yang tidak sam dengan fungsinya. Misalnya :
- Ketika dia tersenyum nampak gigi-giginya yang putih dan
sehat.
- Yang termasuk penghubung yang
tidak setara ialah : agar, agar supaya, akibat, andaikan, andaikata,
apabila, apabila demikian, apabikla begitu, asal, asalkan, bagai, bahwa,
begitu, berhubung, berhubung dengan itu, berkat, biar, biarpun, bila,
bilamana, buat, dalam, dalam pada itu,
daripada, demi, dengan, dengan demikian, dengan cara demikian,
dengan begitu, dengan cara begitu, dengan cara itu, disamping, disamping
itu, guna, hingga, jika, jika begitu, jika demikian, jikala, kalau,
kalau-kalau, karena, karena itu, kecuali, kendati, kendatipunh, ketika,
ketika itu, lantaran, manakala, meski, meskipun demikian, meskipun begitu,
oleh Karena itu, sambil, sampai, sampai-sampai, seakan, seakan-akan,
seandainya, sebab, sebab itu, sebagaimana, sebelum itu, sebelumnya,
sedang, sedari, sehabis, sehabis itu, sehingga, sejak, sejak itu,
sekiranya, selagi, selain, selain itu, selain dari pada itu, selama,
semasa, sembari, semenjak, semenjak itu, sementara, sementara itu, seolah,
seolah-olah, seperti, serasa-rasa, seraya, serta, sesudah itu, setelah
itu, setiap, setiap kali, seumpama, sesuai, sewaktu, sungguhpun,
sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, supaya, tanpa, tat kala, tempat,
tengah, tiap kali, untuk, yang, waktu, waktu itu, walau, walaupun,
walaupun begitu, walaupun demikian.
- Ada dua penghubung yang mungkin
termasuk penghubng setara dan mungkin pula termasuk penghubung tidak setara,
ialah kata sedang dan kata serta. Dalam kalimat
- Di rumah dia tak kerasan, sedang di kampus teman-teman yang
dikenalnya jarang muncul
- Dia membentak serta membanting-banting kakinya ke
lantai.
- Kata sedang dan serta merupakan
penghubung yang setara karena berfungsi menghubungkan klausa yang
mempunyai fungsi yang sama, ialah sebagai klausa inti semua, sedangkan
dalam kalimat :
- Sedang ia asyik membaca buku,
berderinglah telepon disampingnya.
- Serta pelayan pergi kebagian lain,
kami berjalan mengelilingi dasaran yang dipertontonkan.
- kata sedang dan serta merupakan
penghubung yang tidak setara karena berfungsi menghubungkan klausa yang
tidak setara, maksudnya klausa yang tidak memiliki fungsi yang sama.
- Secara semantik penghubung
mempunyai fungsi menyatakan suatu pertalian antara unsur-unsur yang
dihubungkan. Misalnya penghubung lalu
pada kalimat :
- Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah took
- Yang menghubungkan klausa ia mengunci sepedanya dengan klausa
masuk ke sebuah toko menyatakan
pertalian ’perturutan’, ialah pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa,
keadaan, atau perbuatan, berturut-turut terjadi atau dilakukan.
KESIMPULAN
Dalam menggolongkan kata, Ramlan
menggolongkannya secara formal. Kata formal merupakan bentuk kata sifat dari
kata form yang berarti bentuk atau ujud. Jadi penggolongan secera formal
maksudnya penggolongan jenis kata yang dilakukan Ramlan ini berdasarkan
struktur fonologik den gramatik. Hal ini berbeda dengan pendekatan yang
dipergunakan oleh pakar bahasa tradisional yang memandang kata dari segi arti.
Bentuk kata yang digunakan oleh Ramlan berupa
struktur gramatik, sebab struktur fonologik bahasa Indonesia yang berupa unsur
nonsegental (suprasegrnental) tidak ada yang berfungsi mengubah atau membedakan
golongan kata. Pendekatan berdasarkan unsur gramatik pun tidak meliputi semua
unsur, melainkan hanya struktur sintaktik, struktur morfologik diabaikan
struktur sintaktik ini meliputi frase klausa, dan kalimat, Itulah yang
dijadikan dasar pemikiran Ramlan dalam meggolongkan kata bahasa Indonesia.
Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang dibuatnya
didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai dengan
tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata
keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata
sandang; (8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan;
dan (12) kata seruan.
3 Komentar
Bagus nih :D (y)
BalasHapusfollow dong haha
BalasHapusBagus mas, tapi lebih baik lagi kalo diberi sumber yang jelas.
BalasHapus